Minggu, 14 Desember 2008

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIV POSITIF DAN AIDS

Nurna Ningsih**

 

 

*     Disampaikan pada Peringatan Hari AIDS Se-Dunia oleh PSIK FK Universitas Sriwijaya, Palembang 14 Desember 2008

**   Bagian DKKD, Keperawatan Maternitas dan Anak PSIK FK Universitas Sriwijaya

 

 

Pendahuluan

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit, paling mematikan dalam sejarah.  Diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerjasama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia mereka. Sampai saat ini HIV/AIDS belum ada vaksin maupun obatnya. Obat yang ada (ARV=Anti Retroviral Virus) hanyalah untuk menekan perkembangan virus.

 

Saat ini HIV/AIDS telah menyebar di 32 Propinsi yang ada di Indonesia. Sejak itemukan tahun 1978. Jumlah penderita AIDS secara kumulatif sampai September 2008 mencapai 15.136 kasus dan penderita yang terinfeksi HIV sebanyak 6015 kasus. Jumlah penderita AIDS yang meninggal sekitar 3197 orang (21,12.%). Periode Juli – September 2008, terdapat 2450 kasus AIDS dari 32 propinsi di Indonesia. Penularan tertinggi terjadi melalui heteroseksual (47%), melalui pengguna napza suntik (43%), dan homoseksual (4%). Sementara usia penderita paling banyak ditemukan pada usia 20-29 tahun (51%), disusul penderita usia 30-39 tahun (29%), dan usia 40-49 tahun (8%). Ratio kasus AIDS antara laki-kali dan perempuan adalah 3,08:1. Dari 15.136 kasus, dilaporkan sebanyak 11.367 orang adalah laki-laki dan 3.684 adalah perempuan, dan 85 kasus tidak diketahui jenis kelaminnya. Kasus terbanyak terdapat di Propinsi Papua (1650), kemudian DKI Jakarta (1181), Bali (968), Sumatera Utara (820),Jawa Barat (376), dan Sumatera Selatan (179). Hasil estimasi populasi rawan tertular HIV pada tahun 2006 terbanyak ditemukan pada penasun (90.000 orang). (Depkes, 2008).

 

HIV dan AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Human Immunodeficiency Virus  atau disingkat HIV, retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia sehingga menurunkan kekebalan tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Meskipun penanganan telah dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; (dilihat dengan mikroskop elektron).

 

Cara Penularan HIV

Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Kontak terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

 

Gejala-gejala utama AIDS

Berbagai gejala AIDS umumnya merupakan hasil dari kondisi yang tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. gejala AIDS terjadi akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh elemen-elemen sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Biasanya, gejala infeksi sistemik penderita AIDS; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat keseringan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.

 

Kanker dan tumor ganas (malignan)

Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker/tumor. Keganasan terjadi karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; terutama oleh virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV)

 

Asuhan keperawatan

Merupakan faktor penting dalam survival pasien dalam beradaptasi dengan proses infeksi/penyakit, dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan. Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun dan dilaksanakan  secara individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing klien.

 

Masalah Keperawatan HIV Positif

Setidaknya ada tiga masalah keperawatan pada klien HIV positif, yaitu 1) kerusakan penyesuaian diri terhadap proses infeksi, 2) perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh, dan 3) kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

 

Masalah Keperawatan AIDS

Sementara, masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien AIDS berjumlah 14 masalah. Empat belas masalah tersebut adalah, 1) resiko tinggi terhadap infeksi (progresi menjadi sepsis/awitan infeksi oportunistik, 2) resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan, 3) resiko tinggi terhadap pola napas tidak efektif, kerusakan pertukaran gas, 4) resiko tinggi terhadap cedera (perubahan faktor pembekuan), 5) perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, 6) nyeri akut/kronis, 7) resiko tinggi/aktual terhadap kerusakan integritas kulit, 8) perubahan membran mukosa oral, 9) kelelahan, 10) perubahan proses pikir, 11) ansietas, 12) isolasi sosial, 13) ketidakberdayaan, dan 14) kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

 

Intervensi/Implementasi Keperawatan

Meningkatkan Integritas Kulit

§   Kulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin dari adanya infeksi dan kerusakan kulit.

§   Klien dianjurkan mempertahankan keseimbangan antara istirahat dan mobilitas.

§   Bantu mengubah posisi Klien setiap 2 jam bagi yang imobilisasi.

§   Klien diminta untuk tidak menggaruk dan menggunakan sabun nonabrasif, memakai pelembab tanpa parfum untuk mencegah kekeringan kulit.

§   Gunakan losion, salep, dan kasa steril pada kulit yang sakit sesuai ketentuan dokter.

§   Obat antipruritus, antibiotik dan analgesik diberikan menurut ketentuan dokter.

§   Penggunaan plester harus dihindari.

§   Bagi yang bedrest jaga agar kain sprei tidak berkerut

§   hindari memakai pakaian ketat.

§   Daerah perianal pasien harus sering diperika, bersihkan setiap kali selesai defekasi dengan sabun nonabrasif.

§   Rendam duduk atau irigasi secara perlahan-lahan untuk pembersihan dan meningkatkan kenyamanan.

§   Pasien dengan keadaan umum yang buruk memerlukan bantuan untuk memelihara kebersihan diri.

 

Mencegah Infeksi

§   Kepada Klien dan orang yang merawatnya diminta untuk memantau tanda dan gejala infeksi, yaitu demam, mengigil, keringat malam, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, napas pendek, kesulitan bernapas, sakit / sulit menelan, bercak putih di rongga mulut, penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya, kelenjar limfe membengkak, mual, muntah, diare persisten, sering berkemih, sulit dan nyeri saat berkemih, sakit kepala, perubahan visual dan penurunan daya ingat, kemerahan, keluar sekret pada luka, lesi vaskuler pada wajah, bibir atau daerah perianal.

§   Perawat harus memantau  hasil laboratorium, seperti hitung leukosit dan hitung jenis.

§   Penyuluhan mencakup higiene perorangan, rumah (seperti kamar, dapur) harus bersih untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.

§   Jika harus membersihkan kotoran, pasien  harus memakai sarung tangan.

§   Pengidap AIDS dan pasangannya harus menghindari kontak dengan cairan tubuh selama melakukan hubungan seksual dan selalu menggunakan kondom pada segala bentuk hubungan seks.

§   Pentingnya menghindari rokok dan mempertahankan keseimbangan antara diet, istirahat, dan latihan.

§   Semua petugas kesehatan harus selalu mempertahankan tindakan penjagaan universal dalam semua perawatan pasien.

 

Meningkatkan kebiasaan Defekasi yang Lazim.

§   Nilai pola defekasi, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses serta Klien yang melaporkan rasa sakit pada perut terkait dengan defekasi.

§   Kuantitas dan volume feses cair diukur untuk mencatat kehilangan volume cairan.

§   Kultur feses untuk menentukan penyebab diare.

§   Konseling untuk pengobatan dan asupan makanan yang adekuat.

 

Memperbaiki Toleransi terhadap Aktivitas.

§   Toleransi terhadap aktivitas dinilai dengan memantau kemampuan Klien untuk bergerak (ambulasi) dan melaksanakan kegiatan sehari-hari.

§   Bantuan dalam menyusun rencana rutinitas harian untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mungkin diperlukan.

§   Barang-barang pribadi yang sering digunakan harus ditaruh pada tempat yang mudah dijangkau.

§   Terapi relaksasi dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan yang turut menimbulkan kelemahan dan keadaan mudah letih.

§   Kolaborasi dengan tim kesehatan lain mungkin diperlukan, seperti kelemahan akibat adanya anemia, yang memerlukan terapi obat-obatan.

 

Memperbaiki Bersihan Jalan Napas.

§   Frekuensi, irama, penggunaan otot aksesoris dan suara pernapasan ; status mental; dan warna kulit diperiksa minimal  sekali sehari.

§   Adanya sputum harus dicatat, batuk, bernapas dalam, drainase postural, perkusi dan vibrasi dilakukan sedikitnya setiap dua jam untuk mencegah stasis sekresi dan meningkatkan bersihan saluran napas.

§   Berikan posisi fowler tinggi atau semi fowler yang akan meudahkan pernapasan dan bersihan saluran napas.

§   Evaluasi status volume cairan  untuk mempertahankan terapi hidrasi yang adekuat.

§   Suctioning nasofaring atau trakea, intubasi dan ventalasi mekanis.

 

Memperbaiki Proses Pikir.

§   Status mental harus dinilai sedini mungkin untuk memberikan data dasar  bagi keperluan pemantauan perubahan perilaku.

§   Klien dan keluarga harus dibantu untuk memahami dan mengatasi semua perubahan yang terjadi dalam proses pikir.

§   Klien mungkin memerlukan reorientasi, semua instruksi harus dengan bahasa yang jelas dan sederhana.

 

Meredakan Nyeri dan ketidaknyamanan.

§   Nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan, berakhir dari satu detik sampai kurang dari 6 bulan.

§   Sedangkan nyeri kronik adalah keadaan dimana individu mengalami nyeri menetap atau berulang , dalam waktu lebih dari 6 bulan.

§   Nilai kualitas dan kuantitas nyeri yang berkaitan dengan terganggunya integritas kulit perineal, lesi sarkoma, dan neuropati perifer.

§   Tindakan membersihkan daerah perianal, gunakan anestesi lokal / salep dapat diresepkan, bantal yang lunak dapat digunakan untuk meningkatkan rasa nyaman.

§   Kepada klien diminta menghindari makanan yang mengiritasi usus, gunakan antispasmodik dan antidiare untuk mengurangi gangguan rasa nyaman serta frekuensi defekasi.

§   Kolaborasi /konsultasikan dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan.

 

Memperbaiki Status Nutrisi.

§   Status nutrisi dinilai melalui pemantauan BB, asupan makanan, antropometri, kadar albumin, BUN, protein serta transferin dalam serum.

§   Pengendalian mual dan muntah dengan obat antiemetik dapat meningkatkan asupan diet Klien .

§   Menganjurkan Klien memakan makanan yang mudah ditelan dan menghindari makanan kasar, pedas atau lengket, serta terlalu panas atau dingin.

§   Menganjurkan menjaga higiene oral sebelum dan sesudah makan.

§   Jadual makan harus diatur sehingga tidak jatuh pada saat Klien baru saja menjalani tindakan yang menyebabkan nyeri dan dalam keadaan kelelahan.

§   Konsultasi dengan ahli diet untuk menentukan kebutuhan nutrisi.

§   Penggunaan suplemen  yang khusus dirancang untuk pengidap AIDS dapat dianjurkan pada Klien .

§   Bila asupan oral tidak dapat dipertahankan, memerlukan terapi nutrisi enteral atau parenteral.

§   Perawat komunitas atau perawatan di rumah (home care) dapat memberikan pelajaran tambahan serta dukungan setelah Klien pulang dari rumah sakit.

 

Mengurangi Isolasi Sosial.

Isolasi sosial adalah pengalaman sendiri individu akibat perlakuan orang lain dan dianggap sebagai hal yang negatif dan mengancam status. Isolasi sosial dapat terjadi akibat adanya penyakit yang menyeramkan, dan mengakibatkan kegelisahan di suatu masyarakat, sehingga menyebabkan seseorang diasingkan, misalnya penyakit tuberkulosis dan AIDS. Pengidap AIDS menarik diri baik secara fisik maupun emosional dari kontak sosial, akibat stigmatisasi ganda. Perawat berada dalam posisi kunci untuk menciptakan suasana penerimaan dan pemahaman terhadap pengidap AIDS dan keluarga serta pasangannya.

§   Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan terisolasi, kesepiannya, dan perawat/keluarga harus menetramkannya dengan menjelaskan bahwa semua perasaan ini merupakan hal yang lazim serta normal.

§   Berikan informasi tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dapat membantu pasien agar tidak menghindari kontak sosial.

§   Menjelaskan kepada Klien, keluarga dan sahabatnya bahwa penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa.

 

Koping Terhadap Kesedihan.

§   Membantu Klien untuk mengutarakan  perasaannya dan menggali serta mengenali sumber yang bisa memberikan dukungan dan mekanisme untuk mengatasi persoalan tersebut.

§   Mendorong Klien untuk mempertahankan kontak dengan keluarga , sahabatnya dan memanfaatkan kelompok pendukung.

§   Klien juga dianjurkan untuk meneruskan kegiatan yang biasa mereka lakukan.

                                                                                                                                    

Pendidikan Pasien dan pertimbangan Perawatan di Rumah.

§   Pasien, keluarga, dan sahabatnya diberitahu mengenai cara-cara penularan penyakit AIDS.

§   Semua ketakutan dan kesalahpahaman harus dibicarakan dengan seksama.

 

Hasil yang diharapkan dari intervensi yang sudah  dilaksanakan (Evaluasi)

§   Mempertahankan integritas kulit,

§   kebiasaan defekasi normal,

§   Tidak mengalami infeksi,

§   Mempertahankan tingkat toleransi yang memadai terhadap aktivitas,

§   Mempertahankan tingkat proses pikir yang lazim,

§   Mempertahankan kebersihan saluran napas yang efektif,

§   Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri,

§   Mempertahankan status nutrisi yang memadai,

§   Mengalami pengurangan perasaan terisolasi dari pergaulan sosial,

§   Melewati proses kesedihan / dukacita,

§   Pemahaman tentang penyakit AIDS serta berpartisipasi dengan maksimal dalam kegiatan perawatan mandiri.

 

 

Tidak ada komentar: