Selasa, 27 April 2010

Relationships among microstructural properties of bone at the human midshaft femur

H. M. Goldman, 1 C. D. L. Thomas, 2 J. G. Clement 2 and T. G. Bromage
1Department of Neurobiology and Anatomy, Drexel University College of Medicine, Philadelphia, USA
2School of Dental Science, University of Melbourne, Victoria, Australia
3Hard Tissue Research Unit, Department of Biomaterials, New York University College of Dentistry, New York, USA

Abstract
Mineralization density and collagen fibre orientation are two aspects of a bone’s microstructural organization that influence its mechanical properties. Previous studies by our group have demonstrated a distinctly non-random, though highly variable, spatial distribution of these two variables in the human femoral cortex. In this study of 37 specimens, these variables are examined relative to one another in order to determine whether regions of bone demonstrating higher or lower mineralization density also demonstrate a prevalence of either transversely or longitudinally oriented collagen fibres. An analysis of rank-transformed collagen fibre orientation (as determined by circularly polarized light) and mineralization density (as determined by backscattered electron microscopy) data sets demonstrated that areas of low mineralization density (predominantly in the anterior-lateral cortex) tended to correspond to regions of higher proportions of longitudinally oriented collagen fibres. Conversely, areas of higher mineralization density (postero-medially) tended to correspond to regions of higher proportions of trans¬versely oriented collagen fibres. High variability in the sample led to generally low correlations between the two data sets, however. A second analysis focused only on the orientation of collagen fibres within poorly mineralized bone (representing bone that was newly formed). This analysis demonstrated a lower proportion of transverse collagen fibres in newly formed bone with age, along with some significant regional differences in the prevalence of collagen fibres of either orientation. Again high variability characterized the sample. These results are discussed relative to the hypothesized forces experienced at the midshaft femur.

Key words bone microstructure; collagen fibre orientation; femur; human; mineralization density; image analysis.

Sumber: J. Anat. (2005) 206, pp127–139

Prevalensi dan Faktor Risiko Delirium Pascaoperasi di Unit Perawatan Intensif Jantung (Abstrak Penelitian)

Prevalence and Risk Factors for Postoperative Delirium in a Cardiovascular Intensive Care Unit

By: Yu-Ling Chang, Yun-Fang Tsai, Pyng-Jing Lin, Min-Chi Chen and Chia-Yih Liu


Background Delirium after cardiac surgery is a common com¬plication in cardiovascular intensive care units. The prevalence of delirium and its likely risk factors have not previously been explored in a single sample of postoperative cardiac patients in an intensive care unit.

Objective To compare a variety of characteristics in patients with and without delirium and to identify risk factors associ¬ated with delirium in patients hospitalized in an intensive care unit after cardiac surgery.

Methods A retrospective chart review was used to collect data on 288 patients who had open heart surgery during the period 2004 to 2005 at Chang Gung Memorial Hospital in northern Taiwan. A researcher-designed checklist of 52 patient-related risk factors for delirium was used to collect preoperative, intra¬operative, and postoperative data. All patients were assessed by psychiatrists, and delirium was diagnosed according to cri¬teria of the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disor¬ders, fourth edition. Data were analyzed via univariate analysis and multivariate logistic regression.

Results The prevalence of postoperative delirium was 41.7%. Patients with and without delirium differed significantly on 29 variables. Four postoperative factors, hematocrit less than 30%, cardiogenic shock, hypoalbuminemia, and acute infection, were significant, independent predictors of postoperative delirium.

Conclusions The results of this study can be used to develop a revised checklist of 29 preoperative, intraoperative, and post¬operative risk factors for delirium, with special attention to the 4 predictive postoperative factors. Use of such a checklist may facilitate the ability to prevent or detect delirium early and pro¬vide suitable treatment.

Sumber: American Journal of Critical Care. 2008;17:567-575

Senin, 26 April 2010

Symptoms Across The Continuum of Acute Coronary Syndrome: Differences Between Women and Men

By: Holli A. DeVon, RN, PhD, Catherine J. Ryan, RN, PhD, APRN, CCRN, Amy L. Ochs, BSN, and Moshe Shapiro, MS

Background The urgency and level of care provided for acute coronary syndromes partially depends on the symptoms man¬ifested.
Objectives To detect differences between women and men in the type, severity, location, and quality of symptoms across the 3 clinical diagnostic categories of acute coronary syn¬dromes (unstable angina, myocardial infarction without ST- segment elevation, and myocardial infarction with ST-segment elevation) while controlling for age, diabetes, functional sta¬tus, anxiety, and depression.
Methods A convenience sample of 112 women and 144 men admitted through the emergency department and hospitalized for acute coronary syndromes participated. Recruitment took place at 2 urban teaching hospitals in the Midwest. Data were collected during structured interviews in each patient’s hospi¬tal room. Forty-eight symptom descriptors were assessed. Demographic characteristics, health history, functional status, anxiety, and depression levels also were measured.
Results Regardless of clinical diagnostic category, women reported significantly more indigestion (â = 0.25; confidence interval [CI] = 0.01-0.49), palpitations (â = 0.31; CI = 0.06-0.56), nausea (â = 0.37; CI = 0.10-0.65), numbness in the hands (â = 0.29; CI = 0.02-0.57), and unusual fatigue (â = 0.60; CI = 0.27- 0.93) than men reported. Differences between men and women in dizziness, weakness, and new-onset cough did differ by diagnosis. Reports of chest pain did not differ between men and women.
Conclusions Women with acute coronary syndromes reported a higher intensity of 5 symptoms (but not chest pain) than men reported. Whether differences between the sexes in less typical symptoms are clinically significant remains unclear.
Selengkapnya: (American Journal of Critical Care. 2008;17:14-25)

Minggu, 25 April 2010

Khasiat Daging Tokek


Oleh: Vera Farah Bararah - detikHealth

Tokek banyak dicari orang karena dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit. Karena banyak yang mencari, binatang ini pun harganya mahal. Apa saja khasiat daging tokek yang konon bisa menyembuhkan penyakit itu?

Khasiat daging tokek yang dikonsumsi sebagai makanan atau dalam bentuk bubuk dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit seperti penyakit kulit, asma dan juga meningkatkan stamina kaum laki-laki. Tapi hingga kini belum ada penelitian secara farmakologi yang mampu menunjukkan khasiat dari pengobatan menggunakan tokek tersebut.

Tokek pernah dilaporkan dalam laporan praktik klinis (uji coba ke makhluk hidup) yang menunjukkan memiliki efek positif terhadap tumor ganas. Sebuah tim riset yang dipimpin oleh Prof Wang dari Henan University of China pernah melaporkan hal ini.

Penemuan ini dipublikasikan dalam World Journal of Gastroenterology. Tapi tidak ada penelitian mengenai studi farmakologi (ilmu tentang interaksi antara obat, sistem dan proses hidup) dari tokek ini, sehingga mekanisme kerjanya sebgai anti-tumor masih belum jelas.

Seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Senin (26/4/2010) hasil laporan praktik klinis tokek tidak hanya bisa memperkuat sistem kekebalan suatu organisme tapi juga dapat menginduksi sel-sel tumor opoptosis yaitu sel-sel tumor yang dapat menghancurkan dirinya sendiri. Dalam melakukan praktik klinis ini, tim peneliti menggunakan hewan percobaan tikus yang berjenis kelamin betina.

Selain itu tokek juga diyakini dapat menurunkan aktivitas dari protein VEGF dan bFGF. Protein-protein ini sangat mempengaruhi perkembangan dari sel-sel kanker.

Dampak meningkatnya sistem kekebalan dideteksi berdasarkan thymus yaitu kelenjar yang dapat memproduksi sel imun di dalam leher, sel pagosit dan limpa. Serta diketahui adanya penurunan ekspresi protein VEGF dan bFGF, dan peningkatan dari sel apoptotik yang bisa membunuh sel tumor.

Saat ini badan kesehatan dunia (WHO) sedang melakukan penelitian mengenai khasiat dari daging dan kulit tokek yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit AIDS, asma dan berbagai penyakit kulit lainnya.

Hal ini untuk mengetahui apakah pengobatan ini benar-benar efektif atau tidak, serta untuk melihat adakah efek samping yang mungkin bisa ditimbulkan.

Tokek sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu sebagai obat tradisional China dan juga sebagai salah satu menu makanan. Seiring berkembangnya informasi yang menunjukkan khasiat dari tokek ini, tokek kini termasuk salah satu binatang yang memiliki harga jual tinggi.

Kamis, 22 April 2010

Bayi yang Dibiarkan Nangis Terlalu Lama, Otaknya Bisa Rusak


Oleh: Vera Farah Bararah - DetikHealth
Saat bayi baru mulai menangis, ada orangtua yang terkadang membiarkannya dulu baru setelah itu menolongnya. Tapi bayi yang sering dibiarkan menangis terlalu lama bisa memiliki masalah dalam pengembangan otaknya.

Penelope Leach, seorang pakar kesehatan anak menemukan bayi yang tertekan berkali-kali dan dibiarkan menangis lama berisiko mengembangkan masalah di kemudian hari.

Studi membuktikan otak bayi yang dibiarkan menangis untuk jangka waktu lama, berisiko mengalami kerusakan dalam perkembangannya yang dapat mengurangi kapasitasnya untuk belajar.

"Ini bukan sekedar pendapat, tapi sebuah fakta bahwa membiarkan bayi menangis berpotensi merusak otaknya. Jadi mengapa harus mengambil risiko seperti itu?" ujar Leach, seperti dikutip dari Independent, Jumat (23/4/2010).

Apa yang diungkapkan oleh Leach ini menimbulkan kontroversi dengan seorang guru Gina Ford yang secara ketat menerapkan metode untuk membiarkan bayi menangis selama 20 menit.

Gina menyarankan orangtua baru untuk membiarkan bayinya menangis agar si bayi mendapatkan pembelajaran mental untuk bisa tidur dengan sendirinya.

"Seorang bayi yang sudah terlalu lama menangis pada akhirnya akan berhenti. Hal ini bukan karena ia telah belajar untuk tidur sendirian, tapi karena ia kelelahan dan telah putus asa untuk mendapatkan bantuan," ungkap Leach.

Tapi Lech punya argumen bahwa menangis itu adalah satu-satunya cara bayi untuk memberikan sinyal ketika merasa tidak nyaman atau tertekan.

Jika bayi semakin keras menangis menunjukkan ia sedang stres, dan stres yang akut bisa menyebabkan reaksi hormonal berantai yang pada akhirnya dapat merangsang kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon stres.

Menurut Lech, jika kejadian ini berlangsung terus menerus maka bisa menghasilkan banyak hormon stres yang dapat merusak otak bayi.

"Hal ini bukan berarti bayi tidak boleh menangis atau orangtua menjadi khawatir jika semua bayinya menangis. Karena bukan menangis yang buruk untuk bayi, tapi menangis yang tidak mendapatkan responslah yang bisa berakibat buruk," kata Lech.

Hal tersebut diamini oleh Anastasia Baker, seorang direktur Night Nanny yang mengungkapkan tak ada salahnya untuk meninggalkan bayi menangis selama beberapa menit. Tapi yang bermasalah adalah jika orangtua membiarkan bayinya menangis terlalu lama hingga si bayi tertidur.

"Jelas tidak ada yang menganjurkan untuk meninggalkan bayi menangis dalam waktu lama. Tapi saya rasa Anda dapat meninggalkan bayi beberapa menit lalu mendatanginya untuk menenangkannya. Hasil ini telah menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknik ini dapat membantu mengatasi masalah tidur pada anak dan memiliki efek yang sangat positif pada kehidupan keluarganya," ujar Mandy Gurney, pendiri Millpond Sleep Clinic.

Jadi jika mendengar bayi Anda menangis, sebaiknya tak membiarkannya menangis untuk waktu yang terlalu lama. Karena hal ini bisa berdampak bagi perkembangan otaknya akibat hormon stres yang dihasilkan terlalu tinggi.

Sabtu, 17 April 2010

Perdarahan Hemofilia Sebab Tertinggi Kematian Ibu


Oleh: Fitri Yulianti ([Okezone, Sabtu, 17 April 2010]

Pada wanita, hemofilia bisa menjadi masalah serius. Perdarahan yang terjadi selama masa kehamilan dan saat melahirkan merupakan penyebab tertinggi kematian ibu di Indonesia.

Anda mungkin pernah mendengar tentang penyakit hemofilia. Hemofilia adalah kelainan perdarahan akibat kurangnya produksi salah satu faktor pembekuan darah dalam tubuh. Selama ini banyak anggapan bahwa kelainan perdarahan hanya dialami oleh pria saja (hemofilia). Pada kenyatannya ada jenis-jenis kelainan perdarahan selain hemofilia yang dapat mengenai baik pria maupun wanita, seperti penyakit Von Willebrand, trombopati (gangguan fungsi trombosit) dan kekurangan faktor-faktor pembekuan lainnya.

Sebagian besar dari penyakit-penyakit ini gejalanya sangat ringan, sehingga seringkali tidak disadari dan tidak terdeteksi. Namun pada wanita, hal ini dapat menjadi masalah serius, bila terjadi perdarahan paskamelahirkan atau menstruasi berkepanjangan. Bahkan, perdarahan yang terjadi selama masa kehamilan dan saat melahirkan merupakan penyebab tertinggi kematian ibu di Indonesia.

Tanggal 17 April setiap tahun diperingati sebagai Hari Hemofilia Sedunia oleh seluruh masyarakat dan organisasi hemofilia, termasuk di Indonesia. Hari Hemofilia Sedunia tahun 2010 ini bertema “The Many Faces of Bleeding Disorder : United to Achieve Treatment for All” (bersatu mencapai pengobatan bagi semua), berisi himbauan dan ajakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi semua penyandang hemofilia dan kelainan perdarahan lainnya.

“Hingga saat ini sebagian besar penderita kelainan perdarahan di seluruh dunia dan juga di Indonesia belum terdiagnosis dengan tepat dan mendapat pengobatan yang sesuai,” ujar Prof. DR. Dr. Moeslichan MZ, SpA(K), Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI).

HMHI adalah sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari penderita hemofilia, orangtua penderita hemofilia, tim medis, pemerhati sosial, dan relawan dari kalangan masyarakat umum lainnya yang berkeinginan meningkatkan kualitas hidup penderita hemofilia. Pada tahun 2006, HMHI secara resmi diterima sebagai organisasi anggota Badan Hemofilia Dunia (World Federation of Hemophilia/WFH).

Dengan jumlah penduduk lebih dari 231 juta jiwa, jumlah penderita hemofilia di Indonesia diperkirakan sekira 20.000 orang. Hingga Maret 2010, menurut data HMHI tercatat ada 1.236 penderita hemofilia dan kelainan perdarahan lainnya di Indonesia. Hal ini menunjukkan baru sekitar 5 persen kasus yang telah terdiagnosis.

“Diagnosis beberapa jenis kelainan perdarahan cukup sulit dan membutuhkan fasilitas laboratorium canggih, hal inilah yang menjadi kendala dalam diagnosis,” tukas Prof. Dr. Djajadiman Gatot, SpA(K), Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Hemofilia RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Menurut Mark Skinner, Presiden WFH saat ini, visi WFH adalah tercapainya pengobatan bagi semua penderita kelainan perdarahan, tidak saja hemofilia, tetapi juga kelainan-kelainan lain seperti penyakit Von Willebrand, trombopati dan lain-lain.

WFH merupakan organisasi non-profit internasional yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita hemofilia dan kelainan perdarahan lainnya. Sejak didirikan tahun 1963, sebanyak 113 negara telah bergabung menjadi anggota dan telah mendapatkan dukungan penuh dari World Health Organization (WHO).

Kamis, 08 April 2010

Seperti Apa Perempuan yang Mengalami Ejakulasi?


Oleh: Vera Farah Bararah [DetikHealth]
Selama ini kata ejakulasi selalu identik dengan laki-laki, karena dipercaya hanya laki-laki yang bisa mengalaminya. Tapi ternyata perempuan juga bisa mengalami ejakulasi. Lalu apa yang dimaksud dengan ejakulasi pada permepuan?

Ejakulasi pada perempuan adalah pengeluaran secara paksa sejumlah cairan dari urethra perempuan selama orgasme. Diperkirakan sekitar 10-40 persen perempuan bisa atau mampu melakukan ejakulasi.

Ejakulasi ini berbeda dengan orgasme karena orgasme puncak kenikmatan dalam berhubungan seksual yang berkaitan dengan sisi mental dan emosional. Sedangkan ejakulasi keluarnya cairan seperti ingin buang air kecil.

Penampilan, tekstur dan kuantitas perempuan yang ejakulasi dapat berbeda, beberapa perempuan ada yang mengeluarkan cairan seperti susu tapi ada juga yang hanya memiliki perasaan seperti berair atau lengket. Sedangkan jumlah cairan yang dikeluarkan juga bervariasi mulai dari satu sendok teh hingga yang paling ekstrim sebanyak satu cangkir.

"Saat perempuan melakukan ejakulasi, maka cairan yang dikeluarkan mengandung sejumlah phosphotase. Sebelumnya diyakini bahwa hanya laki-laki saja yang dapat memproduksi zat kimia ini di kelenjar prostatnya," ujar Ed Belzer, seorang profesor dari Dalhousie University, seperti dikutip dari Health24, Kamis (8/4/2010).

Sebuah studi juga menunjukkan hasil yang konsisten bahwa perempuan yang mengalami ejakulasi memiliki penurunan konsentrasi urea dan kreatinin yang merupakan komponen utama dari urin.

Meskipun belum sepenuhnya jelas mengenai kandungan dari cairan yang dikeluarkan perempuan saat ejakulasi, para peneliti telah menyimpulkan bahwa cairan tersebut tidak murni urine karena tidak berbau seperti sekresi yang dihasilkan dari kelenjar Bartholin. Kelenjar ini berfungsi membantu melicinkan saluran vagina.

Namun diperkirakan cairan tersebut merupakan kombinasi antara urin, asam phosphotase dan bahan kimia lain yang tidak konsisten. Studi ini juga menunjukkan adanya kelenjar yang mirip dengan prostat di dalam tubuh perempuan, sebelumnya kelenjar ini dianggap tidak ada.

Tidak semua perempuan mampu melakukan ejakulasi, tapi studi ginekologi menunjukkan kebanyakan perempuan berhasil ejakulasi selama orgasme dan akibat adanya rangsangan seksual di sekitar area G-spot. Karena daerah G-spot tersebut dirangsang, maka akan terjadi pembengkakan dan mulai keluarnya cairan melalui urethra.

Studi klinis juga menunjukkan respons perempuan terhadap rangsangan G-spot sangat mirip terhadap respons rangsangan prostat laki-laki. Beberapa detik pertama setelah adanya rangsangan akan timbul dorongan yang kuat seperti buang air kecil, tapi dengan cepat perasaan tersebut akan berganti dengan kenikmatan seksual yang nyata.

Minggu, 04 April 2010

Besarnya Otak Bedakan Kemampuan Belajar


Sumber: Republika, Jumat, 22 Januari 2010

Bila anda mengalami kesulitan bermain video games, menurut para ilmuwan ini mungkin disebabkan oleh besarnya bagian tertentu dari otak anda. Sebuah penelitian terbaru dari Amerika Serikat menyimpulkan bahwa kita bisa menduga kemampuan seseorang memainkan video games dengan mengukur seberapa besar isi otaknya di bagian tertentu.

Dalam penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Cerebral Cortex, para peneliti ini mengatakan penemuan mereka bisa memiliki dampak lebih luas guna mempelajari mengapa kemampuan belajar manusia berbeda-beda. Selama ini kesepakatan umum memang menyimpulkan adanya hubungan antara besar otak dengan tingkat kecerdasan.

Namun, bagaimana persisnya hubungan tersebut masih menjadi misteri. Pada hewan atau mammal misalnya, beberapa binatang yang memiliki otak lebih kecil tergolong lebih "cerdas" dibandingkan binatang yang memiliki otak lebih besar, misalnya perbandingan antara monyet dan kuda, ataupun manusia dengan gajah.

Penelitian terbaru ini tampaknya menunjukkan bahwa ada bagian tertentu dari otak yang lebih besar, dan ini mungkin menjadi alasan mengapa masing-masing manusia memiliki tingkat belajar yang berbeda.

Main videogames
Sebuah tim gabungan dari Universitas Illinois, Pittsburgh, dan Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat mengundang 39 orang dewasa -10 laki-laki, 29 perempuan- yang dalam dua tahun terakhir bermain video games kurang dari tiga jam setiap harinya.

Mereka kemudian diminta untuk memainkan salah satu dari dua games yang sengaja dibuat untuk penelitian tersebut. Satu kelompok diminta untuk mengkonsentrasikan diri pada satu pencapaian saja, sedangkan yang lainnya diminta untuk mencapai target yang berbeda-beda.

Hasil pemindaian MRI terhadap para peserta penelitian ini menunjukkan mereka yang memiliki nucleus accumbens yang lebih besar -yang terletak di bagian otak yang memberikan hadiah- bermain lebih baik di beberapa jam pertama, mungkin karena kepuasan atas keberhasilan mereka di awal-awal permainan.

Tetapi akhirnya, mereka yang tampil paling bagus adalah mereka yang memiliki bagian otak lebih besar yang terletak di tengah otak, yang disebut caudate dan putamen.

"Penjelasannya adalah bahwa bagian otak tersebut punya hubungan dengan proses belajar dan belajar ketrampilan baru, dan juga beradaptasi terhadap lingkungan yang berbeda. Mereka ini bisa melakukan berbagai hal dalam waktu bersamaan. Ini seperti ketika dia mengemudi mobil, kita juga melihat ke jalan, melihat GPS, dan berbicara dengan penumpang lain," kata Prof Arthur Kramer dari Universitas Illinois.

Secara keseluruhan, tim peneliti menyimpulkan bahwa hampir 25% dari perbedaan performa orang per orang bisa diprediksi dengan mengukur besar otak mereka.
Usaha juga penting
Tetapi Prof Kramer mengatakan penemuan mereka tidak bisa digunakan secara absolut dalam arti bahwa seseorang yang memiliki bagian otak tertentu yang lebih besar, pasti akan lebih pintar dibandingkan yang lain.

"Ini karena sebenarnya beberapa bagian dari otak kita juga sebenarnya elastis, bisa berubah dan berkembang. Semakin banyak kita belajar, dan mengaktifkan otak kita, semakin banyak manfaatnya. Ini mungkin relevan bagi para orang tua dimana dementia (pikun) menjadi salah satu masalah," tambah Prof Kramer.

Timothy Bates, guru besar psikologi di University Edinburgh, Skotlandia mengatakan penelitian tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menetapkan adanya hubungan antara besar otak dengan kemampuan belajar.

Tetapi sama seperti Prof Kramer, Bates juga mengatakan itu bukan segalanya. "Mereka yang lahir dengan otak lebih besar bila saja dikalahkan oleh mereka dengan otak lebih kecil. Besar kecilnya otak bukanlah hal yang penting, yang penting adalah usaha kita untuk belajar dan memperbaiki diri," kata Bates.

Sabtu, 03 April 2010

Diet Air untuk Menurunkan Berat Badan

Oleh: Irna Gustia [detikHealth, 04 April 2010]

Diet air banyak dipilih orang sebagai cara menurunkan berat badan yang gampang. Meski belum ada penelitian yang membuktikan kemujaraban diet air bisa menurunkan berat badan, namun daya tarik diet air tak pernah sirna.

Apa itu diet air?

Sulit untuk melacak siapa yang menemukan diet air ini. Tapi seperti ditulis dalam jurnalInstitute for Psychoactive Research di Durham, North Carolina tahun 1997, seorang dokter yang juga ilmuwan bernama Douglas Silver Porter mengklaim sebagai pencipta diet air.

Seperti dilansir dari ehow, Minggu (4/4/2010), diet air yang dimaksud adalah minum air dingin. Ketika air dingin tertelan, tubuh memerlukan banyak kalori untuk memanaskan air sampai ke suhu tubuh 37 derajat celsius.

Kalori dalam air adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur, seperti 1 gram air sebanding dengan 1 derajat celsius.

Saat manusia mengonsumsi air dingin, maka tubuh harus membakar kalori atau lemak untuk meningkatkan temperatur minuman dingin tersebut. Sehingga air dingin yang masuk ke dalam tubuh bisa sesuai dengan suhu tubuh itu sendiri

Jika air yang diminum semakin dingin maka tubuh akan semakin bekerja keras untuk memanaskan air tersebut. Dengan teori itu maka kalori yang dibakar semakin banyak, selain juga perut akan merasa kenyang sehingga cenderung mengurangi makanan lain. Diet air juga diklaim bisa membilas racun tubuh di ginjal.

Pelaku diet air biasanya akan minum sekitar 1,8 liter air per hari. Air yang diminum bisa dari air kran, air kemasan yang penting aman untuk diminum.

Pelaku diet air mengaku tidak perlu membatasi makan. Karena perut yang kenyang air, membuat mereka justru hanya makan sedikit. Siapa pun bisa melakukan diet air, risikonya hanya orang jadi sering ke kamar mandi karena ingin buang air kecil terus.

Tapi diet air ini banyak menimbulkan pro dan kontra. Diet air dianggap bukan benar-benar diet tapi hanya mendorong orang untuk minum air lebih banyak saja.

Beberapa orang memang melaporkan adanya penurunan berat badan karena diet air. Dua orang lelaki asal Arizona di tahun 2008 seperti dilansir Tucson's Fox 11 News, melaporkan keberhasilan diet airnya.

Jeff Schmidt, 43 tahun mengalami penurunan berat badan hingga 22,5 kg selama 1 tahun, sedangkan Blake Silvia mengaku turun 4,5 kg selama 1 bulan. Keduanya selalu minum air satu gelas sebelum makan, satu gelas selama makan dan satu gelas setelah makan.

Tapi seperti dilansir HowStuffWorks, diet air dingin sebenarnya hanya membakar sedikit kalori. Contohnya ketika seseorang mengonsumsi 0,5 liter air dingin yang setara dengan 473,18 kalori, suhunya hanya nol derajat.

Air dingin nol derajat itu harus disesuaikan dengan suhu tubuh yang sebesar 37 derajat celsius. Maka saat tubuh harus menaikkan temperatur air tersebut hingga mencapai suhu 37 derajat celsius, tubuh hanya membakar 18 kalori saja

Jumat, 02 April 2010

KEZALIMAN SUDAH MENGGLOBAL

Oleh: DR. Din Syamsudin (Republika, Jumat 02 April 2010)


Ketua Umum Muhammadiyah Dr Din Syamsudin menegaskan bahwa bangsa ini sudah kehilangan etika dan moral. Hal itu tidak hanya tercermin dari semakin maraknya korupsi, manipilasi dan mafia hukum, dan makelar kasus, tetapi persoalan yang paling menyedihkan adalah masalah ketidakadilan. 

Menurut Din, terjadinya ketidakadilan hukum, sosial, dan runtuhnya moral dan etika tersebut merupakan manifestasi dari kezaliman. "Dan kezaliman itu tidak hanya terjadi di tingkat nasional tapi terjadi pada tataran global," kata Din saat menghadiri Munas k2-27 Tarjih Muhammadioyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (1/4).
 

Lebih jauh Din mengatakan, kezaliman yang dimanipalasi itu mengkibatkan kerusakan dan bencana di mana-mana. "Kerusakan global yang akumulatif yang dbungkus dengan alasan kemakmuran umat manusia di dunia itu justru menghancurkan sistem sosial kemasyarakatan secara global pula," paparnya.
 

Kenyataan yang menyedihkan itu, kata Din, menjadi tantangan Muhammadiyah. Pertanyaan besarnya, menurut dia, mampukah Persarikatan Muhammdiyah sebagai gerakan dakwah menjawab semua tantangan tersebut? Pertanyaan selanjutnya dan ini yang menjadi PR besar Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, sambung Din, pemikiran apakah yang akan ditawarkan Muhammadiyah untuk bisa mengatasi ketidakadilan sosial?
"Sistem saosial/peradaban yang bagaimanakah yang bisa menjadi solusi untuk mengatasi kesurakan sistem sosial saat ini dan ke depan," ujar Din. 

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan besar itu, munurut Din, tidak ada kata lain, Muhammmadiyah harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras untuk meningkatkan peran keagamaan dalam masyarakat. "Dan, para fuqoha Muhammadiyah harus bisa melahirkan pemikiran-pemikiran yang jernih dan cerdas, terutama dalam membahas isu-isu ketidakadilan soasial dan ruraknya tata kelola kenegaraan tadi," paparnya.
 

Untuk itu, Din berharap pembahasan Munas Tarjih tidak terpaku pada persoalan hukum (fiqih). Tapi kesimpulan yang dihasilkan harus bermuara pada akhlaq, karena implementasi dari peran keagamaan tidak terhenti pada dosa dan pahala, tetapi wujud perenungan keagaamaan bisa kebaikan dan keburukan. Ini yang menjadi tujuan keagamaan, yakni akhlaqulislamiah dan akhlaqulkarimah.
 

"Pemikiran jernih dan cerdas itu bisa diperoleh tentu dengan kesungguhan, istiqomah dan disertai dengan motivasi yang dapat kita pertanggungjawabkan. Masyarakat menaruh harapan besar terhadap hasil munas ini," imbuh Din.

 

Waspada, Filter Rokok Terbuat dari Sel Darah Babi


Sumber: Republika, Kamis 01 April 2010

Seorang profesor di Australia memperingatkan kelompok agama tertentu terkait dugaan adanya kandungan sel darah babi pada filter rokok. Profesor Simon Chapman menyatakan, peneliti dari Belanda mengungkap, 185 produsen rokok di negara itu menggunakan hemoglobin babi sebagai bahan pembuat filter rokok.

Profesor asal Universitas Sydney itu berpendapat sebaiknya industri rokok diberbagai belahan dunia untuk memperhatikan kepercayaan yang dianut suatu agama. "Saya pikir hal itu bisa berbahaya bagi kelompok agama tertentu bahwa terdapat rokok yang diproduksi mengandung babi," tukasnya seperti dikutip dari Dailymail.co.uk, Rabu (31/3).

Menurutnya, komunitas muslim dan yahudi mungkin menjadi pihak yang keras menentang hal itu. Fakta tersebut bakal memunculkan persoalan berat lantaran terkait dengan keyakinan. Sementara industri rokok tidak perlu mengumumkan ramuan apa saja yang terdapat dalam rokok."Itu rahasia industri dan menjadi semacam perdagangan rahasia," ujarnya.

Sebelumnya, hasil riset menemukan kandungan hemoglobin babi yang digunakan sebagai filter untuk memblok racun kima sebelum masuk ke dalam paru-paru perokok. Dia mengatakan sejumlah perusahaan rokok mungkin secara sukarela menampilkan kandungan rokok. Selain itu, mereka juga mencatatkan adanya proses kimiawi didalamnya secara terbuka.

Sejauh ini, katanya, hanya produk rokok yang dijual di Yunani saja yang telah mengonfirmasi produknya menggunakan hemoglobin babi saat proses pembuatan. "Jika Anda perokok dan Anda seorang muslim atau Yahudi kemudian Anda mungkin ingin mengetahui tapi sangat sulit untuk membedakannya," pungkasnya.