Rabu, 26 Mei 2010

Hepatitis C Bukan Vonis Mati Lagi


Oleh: AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Infeksi virus hepatitis C ibarat vonis mati karena sulit disembuhkan. Tapi penemuan baru memberikan harapan penyembuhan hepatitis C sehingga nantinya bukan lagi vonis mati yang didapat.

Peneliti di Australia telah mengembangkan terapi antivirus kombinasi, yang diyakini efektif menyembuhkan penyakitmematikan tersebut.

Penyembuhannya dengan kombinasi antivirus antara pegylated interferon alfa dengan ribavirin yang telah menjadi standar dalam perawatan hepatitis C kronis selama ini.

"Tingkat kesembuhan dengan terapi tersebut kini bisa ditingkatkan," kata Profesor Joe Torresi dari bagian penyakit menular di Austin Hospital, Melbourne, yang akan mempresentasikan hal itu dalam pertemuan tahunan Australian Society for Infecctious Disease di Darwin.

"Adanya antivirus dengan aksi langsung serta berbagai terapi imun yang terus berkembang membawa harapan baik, bahwa semua penderita hepatitis C di masa mendatang akan dapat disembuhkan," lanjut Profesor Joe seperti dilansir abc.net.au, Rabu (26/5/2010).

Profesor Joe mengatakan, tingkat kesembuhan tergantung jenis atau genotipe virus yang menginfeksi. Di Australia, 50 persen infeksi hepatitis C dipicu oleh genotipe 1, sementara 1/3 oleh genotipe 2 atau 3 dan sisanya oleh genotipe 4.

Pemberian terapi kombinasi tersebut menghasilkan tingkat kesembuhan yang beragam, yang dinyatakan dengan Sustained Virological Response (SVR). Pada genotipe 2 dan 3, nilai SVR 85 persen dicapai setelah pemberian terapi selama 24 pekan.

Pada genotipe 1, terapi selama 48 pekan menghasilkan nilai SVR antara 40-50 persen. Sedangkan terapi selama 4 pekan menghasilkan SVR 80 persen pada genotipe 1, dan 95 persen pada genotipe 2 dan 3.

Sementara itu penambahan antivirus dengan aksi langsung dilaporkan dapat meningkatkan efek terapi kombinasi tersebut. Uji klinis yang dibiayai oleh sebuah perusahaan obat membuktikan, pemberian Teleprevir dan Boceprivir
meningkatkan SVR pada genotipe 1 dari 40-50 persen menjadi 60-70 persen.

Jika penambahan obat pada genotipe 1 mampu meningkatkan SVR hingga 20 persen, maka Torresi menaruh harapan besar pada pengembangan terapi tersebut. Ia yakin terobosan tersebut juga dapat memberikan peningkatan SVR hingga 75-95 persen pada seluruh pasien hepatitis C.

"Bentuk terapi yang lain juga dikembangkan, antara lain pemberian imunoterapi yang meliputi vaksin dan obat-obatan untuk menutup pintu masuknya virus ke dalam sel hati," ungkap Torresi.

Austin Hospital saat ini juga tengah melakukan uji klinis secara independen terkait terapi kombinasi antivirus tersebut. Torresi yang juga terlibat dalam riset tersebut menegaskan, kali ini tidak ada perusahaan obat yang mendanainya.

Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.

Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun ada juga gejala-gejala di bawah ini ada yang mungkin samar seperti: Lelah, Hilang selera makan, sakit perut, urine menjadi gelap, Kulit atau mata menjadi kuning (disebut 'jaundice') jarang terjadi.

Tidak ada komentar: